Kesenian atau
tradisi basisingaan ini dulunya disebut orang dengan banaga-nagaan, karena kepalanya hampir sama dengan kepala naga dari Cina
ketika ada perayaan barongsai, tetapi bentuknya binatang singa yaitu tanpa ekor
atau tubuh yang memanjang maka disebut sisingaan
.
.
Keseniaan atau
tradisi Basisingaan ini biasanya digunakan untuk acara keramaian atau hiburan
pada saat pesta perkawinan, peringatan hari-hari besar serta kegiatan lainya
yang fungsinya untuk mengimpun massa.
Permainan ini
dimainkan sekitar 12 orang, yang terdiri dari 6 orang pemain untuk memainkan
sisingaan. Tiap ekor singa dimainkan oleh 3 orang, yaitu bagian kepala, ekor,
sedangkan pemain yang ditengah bersifat sebagai pembantu. Dua orang pemain
lainnya bertindak sebagai badut untuk menarik perhatian pengunjung atau
masyarakat dengan menggunakan topeng serta kostum menyerupai seekor monyet atau
hanoman.
Pemain lainnya
adalah 2 orang penabuh gendang atau babun, serta seorang pemukul gong, dan
seorang lagi bertindak sebagai kepala rombongan atau pimpinan.
Kerangka
sisingaan ini terbuat dari belahan bambu yang dijalin sedemikian rupa singa, kerangka
ini ditutupi dengan kain yang berwarna warni. Sementara untuk kepala singanya
juga diberi surai atau bulu buluan yang terbuat dari tali plastik, sehingga
menyerupai singa sebegerakannya terlihat indah.
Kesenian
Basisingaan hingga kini masih bisa dijumpai saat ada acara hajatan atau
perkawinan serta acara hiburan dan keramaian, sedangkan grup pemainnya terdapat
di Kecamatan Lampihong dan Juai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar